Mereka yang Menolak Dikubur di Makam Pahlawan, Ingin Selalu Dekat Rakyat: kolase
Pekik “Allahu Akbar” dan “Merdeka” yang dilantangkan Bung Tomo telah membakar semangat juang arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah. “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!”
Putra sulung enam bersaudara dari pasangan Kartawan dan Subastita itu pernah menjadi wartawan di Harian Ekspres hingga pemimpin redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya. Pada masa Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, 1950-1956, Bung Tomo menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran, merangkap Menteri Sosial (Ad Interim).
Sikap kritisnya tetap menyala saat Soekarno dan Soeharto berkuasa. Kala rezim Orde Baru, misalnya, ia sering mengkritik program-program Soeharto, sehingga pada April 1978 ditangkap dan dipenjaa dengan tuduhan melakukan aksi subversif.
Sekitar tiga tahun dari peristiwa itu, Bung Tomo meninggal dunia pada 7 Oktober 1981, saat menunaikan ibadah haji. Setelah menunggu selama delapan bulan, jenazah Bung Tomo akhirnya bisa dibawa ke Indonesia, dan dikubur di tempat pemakaman umum Ngagel Surabaya.
Sulistina, istri Bung Tomo, mengatakan bahwa suaminya sempat berwasiat untuk tidak dikubur di taman makam pahlawan. Pada 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengukuhkannya sebagai pahlawan nasional. ***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024
Comments 0