Aksi Mahasiswa Hentikan Pungli di Sekolah Negeri

KOSADATA — Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Rakyat Priangan Timur (SEMARAK Priatim) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Tasikmalaya, Senin (16/6/2025). 

Aksi yang mereka sebut sebagai Demonstrasi Diam itu dilakukan untuk memprotes maraknya dugaan pungutan liar di sejumlah sekolah negeri, khususnya madrasah di bawah naungan Kemenag.

Berpakaian serba hitam dan membentangkan spanduk bertuliskan Pendidikan Mati Karena Pungli, para mahasiswa berdiri membisu di halaman kantor Kemenag. 

Mereka menyatakan, aksi tersebut adalah bentuk duka atas matinya keadilan dalam dunia pendidikan akibat praktik pungli yang disebut-sebut telah berlangsung lama.

“Kami tidak datang membawa kebisingan, tapi membawa peringatan. Ini simbol matinya keadilan dalam pendidikan,” ujar Anwar, Koordinator Lapangan SEMARAK Priatim, seperti dilansir Priangan, Selasa, 17 Juni 2025.

Menurut Anwar, pungutan liar itu berkedok infaq bulanan sebesar Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per siswa, serta biaya masuk sekolah antara Rp 4 juta hingga Rp 5,5 juta. 

Praktik ini dinilai membebani siswa dan orang tua, terutama dari kalangan ekonomi lemah, serta bertentangan dengan prinsip pendidikan gratis yang diamanatkan konstitusi.

Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyampaikan enam tuntutan kepada Kemenag. Di antaranya, penghentian seluruh pungutan liar di lembaga pendidikan negeri, audit keuangan madrasah secara transparan, penindakan tegas terhadap pelaku pungli, serta jaminan pendidikan gratis bagi seluruh warga negara. 

Selain itu, mereka juga menuntut perhatian terhadap kesejahteraan guru madrasah dan kemudahan akses pendidikan profesi bagi guru agama.

Tak berhenti di situ,