Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies. Foto: ist
Dalam situasi seperti ini, Anthony menyebut Bank Indonesia berada dalam posisi yang sangat dilematis. Intervensi pasar sudah tidak efektif, sehingga pilihan satu-satunya adalah menaikkan suku bunga.
Namun, langkah tersebut justru berisiko menekan sektor riil yang tengah sekarat. “Sektor riil akan mati perlahan karena suku bunga tinggi. Perusahaan-perusahaan mulai kesulitan membayar bunga dan pokok utang. Kalau ini terjadi, ekonomi bisa masuk ke dalam krisis yang lebih dalam," ucapnya.
Tak hanya moneter, kondisi fiskal pun dinilai mengkhawatirkan. Penerimaan negara turun drastis, sementara kebutuhan pembiayaan meningkat. “Pemerintah dihadapkan pada pilihan sulit: menaikkan atau menurunkan pajak. Dua-duanya berisiko mempercepat keruntuhan ekonomi,” kata Anthony.
Sementara negara lain seperti China langsung bereaksi dengan membalas tarif Trump, Indonesia justru dinilai masih pasif. “Sampai saat ini, belum terlihat reaksi yang memadai dari pemerintah Indonesia. Ini sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.
Menurut Anthony, pemerintah perlu segera menyusun langkah antisipatif. “Krisis ini tidak lagi bersifat hipotesis. Ini nyata dan sedang berjalan. Pemerintah harus siap secara strategis dan taktis,” katanya.
Perang dagang global kini memasuki babak baru yang lebih genting. Dunia terpukul, Indonesia terguncang. Waktu semakin sempit, dan keputusan strategis pemerintah sangat menentukan: bertahan atau tumbang.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0