Indonesia dan BRICS

Ida Farida
Oct 30, 2024

Bambang Soesatyo (tengah). Foto: ist

sektor keuangan dunia. Baru-baru ini HSBC mengumumkan untuk mulai menggunakan CIPS (cross border interbank payment system) yang dimiliki oleh China. HSBC merupakan bank internasional pertama yang menggunakan CIPS diluar bank-bank China. HSBC memiliki aset sebesar USD 3,038 trilliun dan beroperasi di lebih dari 60 negara. Seiring dengan perjalanan waktu, akan makin banyak perbankan global yang karena eksposurnya terhadap perekonomian BRICS akan turut menggunakan sistem ini.

 

Pasar hutang global juga demikian. Dapat diasumsikan bahwa kesepakatan BRICS dalam hal sistem pembayaran lintas negara akan mempengaruhi pasar hutang dunia. Sampai tahun 2023, total hutang dunia mencapai USD 307 trilliun. 

 

US Dollar merupakan mata uang dominan dalam pasar/kontrak hutang dunia. Menurut satu studi yang dirilis oleh Bank of International Settlement (BIS) berjudul “Dominant Currency Debt” (Egemon Eren dan Semyon Malamud, 28 Maret 2022) dominasi USD ini bukan merupakan keinginan investor, melainkan didorong oleh keperluan peminjam untuk melindungi peminjam dari resiko nilai tukar jangka panjang. 

 

Nampaknya, dengan berbagai perkembangan politik dan keamanan dunia akhir-akhir ini, upaya untuk mengurangi dominasi Dollar sebagai “dominant currency debt “ akan terus berlanjut. Mata uang selain US dollar makin sering dipergunakan sebagai denominator hutang.

 

Patut dicatat negara-negara BRICS akhir-akhir ini semakin memainkan peran penting dalam pasar hutang dunia. China merupakan investor utama di pasar hutang dunia. Rusia dalam skala yang lebih kecil juga memainkan peran penting di pasar hutang negara-negara di Asia Tengah dan sebagian negara yang sedang bergejolak di Afrika. Demikian pula India yang makin aktif dalam memfasilitasi kontrak hutang dunia. 

 

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, yang kemudian disikapi oleh negara-negara


1 2 3 4 5

Related Post

Post a Comment

Comments 0