“Kebijakan sustainable tourism dipertahankan, dengan menjaga keaslian budaya, adat-istiadat, hingga kepemilikan lahan, diupayakan tetap menjadi milik masyarakat lokal,” jelasnya. Ketiga, adanya dukungan pengembangan wisata yang bermodel community based tourism, dimana komunitas lokal terlibat aktif dengan terbentuknya berbagai komunitas dalam bentuk asosiasi pariwisata.
“Setiap pelaku dan komunitas, berasosiasi dan bekerjasama, mulai dari pemilik homestay, Pokdarwis, pramuwisata, operator tour dan travel, dan lain-lain, sehingga memudahkan mereka untuk bekerjasama dan memberikan saran dan masukan kepada pemerintah setempat,” katanya.
Keempat, adanya keterlibatan dan partisipasi langsung dari masing-masing komunitas yang ada di masyarakat dalam penyelenggaraan berbagai even daerah. Keterlibatan masyarakat, menunjukkan bahwa masyarakat adalah pelaku sekaligus penerima manfaat dari pengembangan pariwisata.
Selain pengembangan infrastruktur dan dukungan regulasi, peran pemerintah terbatas kepada kebijakan untuk melakukan akurasi dan memberikan stimulir bagi tumbuhnya berbagai atraksi (event budaya) dan ameniti (keramahan penduduk) yang memang sudah ada di masyarakat.
“Inilah beberapa hal yang bisa dilelajari dari pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten ini memberikan banyak hal yang patut dicontoh dalam membangun pariwisata daerah yang bersifat bottom up, bukan top down. Salam dari Banyuwangi, 'the Sunrise of Java',” tutupnya.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023Berjiwa Besar, AHY Ucapkan Selamat untuk Anies-Cak Imin
POLITIK Sep 04, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023
Comments 0