Mendongkrak Industri Pertahanan untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Joeang Elkamali
Jan 21, 2025

Dudung Abdurahman (kiri) dan Marsekal Madya TNI (Purn) Eris Herryanto (kanan). Foto: ist

KOSADATAPenasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn), Prof. H. Dudung Abdurahman, menerima Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan) yang dipimpin oleh Marsekal Madya TNI (Purn) Eris Herryanto. Dalam pertemuan tersebut, Dudung menegaskan pentingnya industri pertahanan sebagai pilar utama dalam pembangunan sektor industri Indonesia.

“Sektor industri pertahanan memiliki peluang besar, mulai dari hilirisasi bahan baku hingga investasi teknologi, yang dapat menciptakan lapangan kerja berkualitas,” ujar Dudung dalam keterangan resminya, Selasa (21/1/2025).

Dudung menambahkan, Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang inovatif, yang apabila dimanfaatkan dengan maksimal, bisa mendorong pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) berbasis industri pertahanan.

“Penyamaan visi antara pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk merealisasikan target ini. Industri pertahanan kita tidak hanya harus memenuhi kebutuhan nasional, tetapi juga dapat bersaing di pasar global,” jelas Dudung.

Presiden RI Prabowo Subianto sebelumnya menargetkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga 8% dalam masa pemerintahannya. Meskipun target ini menuai berbagai pandangan dari pengamat ekonomi, kebijakan tersebut dinilai berpotensi tercapai jika seluruh program pembangunan nasional dilaksanakan dengan tertib dan efisien.

Ketua Forkominhan, Marsekal Madya TNI (Purn) Eris Herryanto, menekankan pentingnya pembangunan ekosistem industri pertahanan yang terintegrasi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut.

Menurut Eris, selain kemandirian dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista), sektor ini juga berpotensi menciptakan lapangan kerja, alih teknologi, dan peluang ekspor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan.

“Negara-negara seperti Turki, Korea Selatan, India, dan China telah sukses membangun industri pertahanan mandiri yang memberi kontribusi signifikan pada PDB mereka. Model pembangunan ini bisa menjadi referensi bagi Indonesia,” kata Eris.

Eris juga menambahkan bahwa generasi muda dan SDM lokal dengan ide-ide inovatif harus dilibatkan dalam industri pertahanan Indonesia agar negara ini mampu bersaing dengan produsen Alutsista global.

Audiensi Forkominhan dengan Penasihat Khusus Presiden menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis, di antaranya:

Penyusunan roadmap industri pertahanan Indonesia melalui diskusi kelompok terarah (FGD) secara rutin.

Hilirisasi industri pertahanan dengan pendekatan end-to-end untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga.

Penguatan kolaborasi lintas sektor untuk mendorong inovasi teknologi dan menciptakan produk unggulan karya anak bangsa.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat memberi masukan konkret bagi kebijakan berkelanjutan di sektor industri pertahanan, serta memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi internasional dengan produk-produk pertahanan yang kompetitif.

Industri pertahanan, menurut Eris, juga dapat menjadi bargaining chip dalam geopolitik. Kemandirian industri pertahanan memberikan keunggulan strategis bagi Indonesia dan membuka peluang diplomasi formal melalui ekspor produk pertahanan.

“Kami yakin, dengan sinergi yang kuat antara pemerintah dan pelaku industri, pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan hanya sekadar harapan, melainkan kenyataan. Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam industri pertahanan global yang membawa kebanggaan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat,” pungkas Eris.***

Related Post

Post a Comment

Comments 0