Gambang Kromong tampil di area CFD Jakarta. Foto: ist
KOSADATA — Suara kenong berpadu serunai bersahut-sahutan di tengah jalanan ibu kota yang lengang dari kendaraan bermotor. Sejumlah pesepeda berhenti, pejalan kaki merapat, dan pedagang asongan ikut menyimak.
Di pelataran kawasan Sudirman-Thamrin, sebuah kelompok kesenian tradisional Betawi, Gambang Kromong, tampil membawakan lagu-lagu lawas di Car Free Day (CFD) Jakarta, Minggu (1/6/2025).
Pagi itu, bukan hanya olahraga dan jajanan kaki lima yang mewarnai CFD. Sekelompok seniman mengenakan pakaian adat Betawi lengkap dengan selempang batik dan kebaya encim.
Di antara mereka, suara khas alat musik gambang dari bilah kayu merdu mengisi udara. Satu persatu warga yang lewat berhenti, sebagian mengabadikan momen dengan ponsel, lainnya ikut bergoyang kecil di pinggir jalan.
“Senang lihat beginian di CFD. Jarang-jarang kan, biasanya musik modern saja. Ini kan budaya kita, Betawi asli,” ujar Siti Nur Abida (32), warga Pesanggrahan, Jakarta Selatan yang rutin berolahraga di area ini.
Menghidupkan Budaya di Ruang Publik
Tak banyak yang tahu, di balik aksi panggung sederhana itu, ada misi besar untuk merawat akar budaya Jakarta yang mulai tergerus modernisasi.
Menurut Sanny A. Irsan, praktisi kepariwisataan yang turut memantau aktivitas budaya di ibu kota, kehadiran Gambang Kromong di ruang publik seperti CFD bisa menjadi langkah strategis untuk memperkenalkan kembali kekayaan seni tradisi Betawi kepada generasi muda.
“CFD ini ruang publik yang sangat efektif, karena orang datang dari berbagai kalangan, dari warga lokal sampai wisatawan. Ketika kesenian tradisi seperti Gambang Kromong tampil di situ, artinya budaya
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0