Hindari Mental Utang, Ini Lima Adab Utang Piutang dalam Islam

Ida Farida
Apr 04, 2025

Foto: Pixabay/EmAji

KOSADATA – Di tengah maraknya fenomena pinjaman online (pinjol) yang kerap menjebak masyarakat dalam jerat utang, Islam sejak dahulu telah mengajarkan adab dan etika dalam berutang. Utang bukanlah jalan utama dalam menghadapi kesulitan keuangan, melainkan opsi terakhir yang disertai dengan tanggung jawab besar.

 

Hal ini disampaikan oleh Kholda Najiyah, Founder Salehah Institute, yang menekankan pentingnya memahami utang sebagai bentuk ta’awun atau tolong-menolong, bukan sebagai gaya hidup atau solusi instan yang berujung pada gali lubang tutup lubang.

 

Berikut lima prinsip utama dalam utang piutang menurut Islam, yang disampaikan Kholda sebagai panduan agar terhindar dari mental konsumtif dan terjebak dalam utang berkepanjangan.

 

1. Amankan Anggaran, Kenali Kebutuhan

 

Langkah awal sebelum berpikir untuk berutang, kata Kholda, adalah memahami kondisi keuangan sendiri. Berapa kebutuhan pokok bulanan? Apakah pemasukan mencukupi? Jika belum, solusi utama adalah mencari cara meningkatkan penghasilan, bukan langsung mencari pinjaman.

 

“Kalau terbiasa menutupi kekurangan dengan utang, selamanya akan terus gali lubang, tutup lubang,” tegasnya.

 

2. Pastikan Mampu Membayar

 

Utang dalam Islam bukan sekadar transaksi keuangan, tapi amanah yang harus ditunaikan. Karena itu, jika terpaksa harus berutang, pastikan ada rencana dan kemampuan untuk melunasinya.

 

“Yakinlah, bila ada niat yang kuat, Allah akan bukakan jalan,” ujar Kholda. Ia mengingatkan bahwa niat yang tulus dan upaya maksimal akan mengundang pertolongan Allah.

 

3. Jangan Menunda Membayar

 

Utang harus dibayar tepat waktu, terlebih bila sudah memiliki dana. Islam memandang menunda pembayaran utang padahal mampu sebagai bentuk kezaliman.

 

Rasulullah SAW bersabda, “Menunda-nunda membayar utang bagi orang yang mampu adalah kezaliman.” (HR. Bukhari)

 

Kholda menyayangkan banyak orang yang mengabaikan hal ini, bahkan mencari-cari alasan untuk menghindar dari


1 2
Post a Comment

Comments 0