Eifie Julian Hikmah. Foto: dok. UGM
“Dengan keadaan seperti ini, aku masih bisa belajar dan berprestasi. Jadi, kenapa harus peduli omongan orang?” ucap Eifie, kini berusia 19 tahun, penuh percaya diri.
Berawal dari Penjual Es Krim, Lari Menuju Panggung Nasional
Pertemuannya dengan Karmani, seorang pelatih atletik yang juga berjualan es krim keliling, menjadi titik balik hidup Eifie. “Awalnya saya cuma beli es. Tapi, beliau ternyata sudah memperhatikan saya sejak kelas 1 SD,” kata Eifie.
Karmani menawarkan Eifie untuk ikut latihan. Dunia atletik yang awalnya asing, perlahan menjadi panggung tempatnya menemukan diri. Meski awal latihan hanya mengenakan sepatu sekolah, semangat Eifie tak pernah surut.
Kompetisi pertamanya menjadi babak perjuangan tersendiri. Uang untuk membeli sepatu paku tidak mencukupi. Farid, sang ayah, berjuang mencari tambahan di tengah keterbatasan. Akhirnya, dengan sepatu paku pertamanya, Eifie meraih juara dua di Kejuaraan Walikota Cup Surabaya.
Sejak itu, Eifie tak berhenti berlari. Lintasan 100, 200, 400 meter, hingga lompat jauh dan tolak peluru ia jajal. Namun, tantangan terberat baginya bukanlah lawan, melainkan rasa takut dan grogi yang kerap menyerang jelang lomba. Ia pernah kalah hanya karena selisih 0,0 detik di 50 meter terakhir, momen yang membuatnya menangis sesenggukan.
Ujian terbesar datang saat ayahnya meninggal dunia, sebulan sebelum Pekan Paralimpiade Provinsi Jawa Timur 2024. Mentalnya goyah. Di ajang itu, ia gagal meraih emas. Tapi Eifie bangkit, menutup lomba dengan perunggu di nomor
Rekrutmen PPSU di Jakarta Dibuka Hari Ini, Cek Syarat dan Tahapannya
MEGAPOLITAN Jun 23, 2025Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025
Comments 0