Fenomena FOPO, Kecemasan Dengar Pendapat Orang Lain Bikin Ganggu Kesehatan

KOSADATA - Fenomena FOPO atau Fear of Other People’s Opinions di tanah air hingga kini terus meningkat. Fenomena kecemasan yang tinggi akan pendapat orang lain itu dinilai akan mengganggu kesehatan mental, bahkan bisa mengganggu kehidupan.

 

Psikolog Universitas Gajah Mada (UGM), T. Novi Poespita Candra mengatakan, penggunaan aktif media sosial bisa menjadi pemicu adanya FOPO.

 

“Ditambah dengan penggunaan media sosial menjadi salah satu pemicu orang-orang mengalami FOPO. Melalui media sosial ini pendapat orang semakin terbuka, imagenya terbuka, meskipun ada beberapa orang yang memang selalu khawatir dengan pendapat orang sejak dulu,” ujar Novi seperti dilansir laman resmi UGM, Rabu (24/5/2023).

 

Novi mengatakan, di Indonesia FOPO dibentuk oleh budaya dan pendidikan. Budaya feodalisme dan konfromitas yang masih lekat di masyarakat berkontribusi kuat terhadap terbentuknya FOPO pada manusia-manusia Indonesia.

 

“Budaya feodal misalnya senior mengatur persepsi publik ini. Lalu, soal konfromitas, dari kecil anak-anak diajari punya pemikiran selalu sama, jika berbeda sedikit saja akan dibilang aneh karena sudah dibiasakan dengan keseragaman,” katanya.

 

Dosen Fakultas Psikologi UGM ini menyebutkan karena pendidikan yang ada menyeragamkan semua individu, pada akhirnya menjadikan manusia-manusia Indonesia menjadi lebih mementingkan pendapat atau pikiran orang lain tentang dirinya dibandingkan pendapatnya sendiri akan dirinya.

 

Ditambah dengan keberadaan media sosial dimana image atau perspektif seseorang dibentuk oleh platrform ini. Misalnya, banyak diskusi dan obrolan terkait parameter kesuksesan bagi anak muda. Anak muda dianggap sukses jika di usia 20-an tahun sudah memiliki penghasilan atau usaha sendiri. Karena wacana di media sosial tersebut orang mulai membandingkan dirinya.

 

“Akhirnya membandingkan dirinya, sudah usia 30 tahun tetapi belum ada bisnis sendiri dan akhirnya mulai