UGM Dorong Uji Klinis Vaksin TBC, Publik Diminta Tak Terjebak Mitos

Ida Farida
May 21, 2025

UGM Dorong Uji klinis vaksin TBC. Foto: ist

KOSADATA — Universitas Gadjah Mada (UGM) mendorong pelaksanaan uji klinis tahap ketiga vaksin tuberculosis (TBC) M72 di Indonesia. 

 

Vaksin yang dikembangkan Bill & Melinda Gates Foundation ini sebelumnya telah mengantongi izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk dilakukan uji lanjut di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Meski demikian, rencana ini menuai beragam respons dari masyarakat.

 

Ahli epidemiologi dari Pusat Kedokteran Tropis UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D., menilai pro-kontra di masyarakat sebagai sesuatu yang wajar. 

 

Menurutnya, perbedaan pendapat itu menunjukkan adanya perhatian publik yang besar terhadap upaya pengendalian TBC di Tanah Air.

 

“Perlu diluruskan, istilah ‘kelinci percobaan’ dalam uji klinis tidak tepat. Uji klinis bersifat sukarela dan peserta memiliki hak penuh untuk menerima atau menolak. Bahkan jika seseorang sudah bersedia, tetap ada syarat medis yang harus dipenuhi sebelum bisa terlibat,” ujar Donnie, sapaan akrabnya, dilansir laman resmi UGM, Rabu, 21 Mei 2025.

 

Donnie menjelaskan, salah satu kekhawatiran masyarakat berkaitan dengan keamanan vaksin. Padahal, vaksin TBC M72 telah melalui dua fase uji klinis sebelumnya, yang khusus meneliti aspek keamanan.

 

“Kalau aspek itu tidak lolos, tentu tidak akan sampai ke tahap ini. Selain itu, prosesnya diawasi lembaga independen nasional dan internasional,” katanya.

 

Indonesia saat ini tercatat sebagai negara dengan beban kasus TBC tertinggi kedua di dunia. Data Kementerian Kesehatan menyebut ada sekitar satu juta kasus TBC baru setiap tahun, dengan angka kematian mencapai 130.000 jiwa.

 

Donnie menilai tingginya angka tersebut menjadi alasan penting bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam uji klinis vaksin baru ini.

 

“Kita perlu memastikan bahwa vaksin ini aman dan efektif untuk populasi Indonesia, mengingat karakteristik TBC bisa berbeda antarnegara,” tuturnya.

 

Di sisi lain, sebagian masyarakat mempertanyakan urgensi vaksin baru ini, lantaran Indonesia telah memiliki vaksin BCG yang diberikan sejak bayi. Menjawab hal itu, Donnie menjelaskan, vaksin BCG hanya efektif mencegah keparahan TBC pada anak-anak, tapi tidak melindungi dari penularan saat dewasa.

 

“Kita memerlukan vaksin yang bisa mencegah penularan. Dan itu hanya bisa dibuktikan lewat uji klinis,” imbuhnya.

 

Terkait keterlibatan Bill Gates dalam program ini, Donnie menilai hal itu wajar dalam konteks filantropi kesehatan global. Ia menyebut, selama ini Gates Foundation memang aktif mendukung pengendalian berbagai penyakit menular di negara berkembang.

 

“Wajar saja jika ada yang sinis. Tapi, masyarakat sebaiknya lebih fokus pada manfaatnya. Kalau manfaatnya jauh lebih besar dan risiko bisa dikendalikan, alangkah baiknya kita dukung. Karena yang akan merasakan hasilnya, ya masyarakat Indonesia sendiri,” pungkas Donnie.***

Post a Comment

Comments 0