Kisah Anak Yatim Piatu dari Papua yang Bangun Aplikasi AI di Tengah Keterbatasan

Ida Farida
Jul 10, 2025

Salah satu mahasiswa Polinef, Paulus Rosario Hegemur. Foto: dok. Kemendiktisaintek

KOSADATA — Di sudut sebuah ruang sederhana di Politeknik Negeri Fakfak (Polinef), Papua Barat, seorang pemuda berjaket almamater biru tampak sibuk menatap layar laptop tuanya. Sesekali, jari-jarinya yang lincah mengetik barisan kode program, meski koneksi internet di kampusnya kerap putus-nyambung. 

 

Namanya Paulus Rosario Hegemur, mahasiswa semester empat Jurusan Manajemen Informatika yang tengah merintis sebuah aplikasi berbasis Artificial Intelligence (AI).

 

Dibalik senyum kalemnya, tersimpan kisah ketangguhan seorang anak Papua yang berjuang melawan keterbatasan hidup sejak kecil. Lahir di Kampung Torea, Fakfak, Paulus kehilangan kedua orang tuanya di usia tiga tahun. Sejak itu, ia diasuh oleh kakek dan neneknya.

 

"Saya tidak pernah benar-benar mengenal papa mama. Tapi saya percaya, mereka pasti ingin saya jadi orang yang tidak menyerah," ujar Paulus seperti dilansir laman Kemendiktisaintek, Kamis, 10 Juli 2025.

 

Keterbatasan fisik yang ia miliki tak membuat langkahnya surut. Sejak bersentuhan dengan komputer lawas di laboratorium SMP YPKK Fakfak, kecintaannya pada dunia digital tumbuh tanpa henti. Dari belajar Word dan Excel, Paulus berlanjut otodidak mengulik bahasa pemrograman seperti HTML, JavaScript, hingga Python lewat buku pinjaman dan tutorial daring.

 

"Waktu itu internet sering mati. Tapi saya pikir, kalau orang lain bisa bikin aplikasi, saya juga harus bisa," katanya.

 

Mimpi Paulus sempat terancam pupus usai lulus SMA. Tanpa orang tua dan tanpa biaya, harapan kuliah nyaris hilang. Beruntung, program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah) hadir

Related Post

Post a Comment

Comments 0